Entri Populer

Rabu, 03 November 2010

PACARAN ITU HARAM.... (Betul Ngga Siih ??)

Betul nggak, sih?
Apa iya, pacaran itu haram?
Simak, deh, yang satu ini. (Duh, gayanya …)

Cinta Itu Indah, Cinta Itu Anugerah

Duile … puitis banget. Tapi, cinta itu memang indah, kok. Dan cinta memang merupakan anugerah yang dikaruniakan Alloh SWT kepada manusia dan seluruh makhluk penghuni jagad ini. Dengan cinta, kehidupan manusia menjadi berwarna sehingga manusia merasa berbahagia.


Cinta memang bisa tumbuh dan bersemi kapan saja, di mana saja, dan bisa menimpa siapa saja. Kita baru sadar bahwa kita mencintai seseorang ketika kita sudah jatuh cinta. Kita tidak pernah tahu kapan awalnya, tiba-tiba kita sudah terlanjur cinta. Nggak ada tuh ceritanya cinta minta izin dulu kalau mau lewat atau singgah. Yang ada juga main nyelonong aja.


Witing Tresna Jalaran saka Kulina

Hmm … pasti sudah hafal banget, deh, sama pepatah Jawa yang satu itu. Yup! Kurang lebih artinya adalah asalnya cinta lantaran sering bersama. Dalam hal ini, cinta antara dua manusia, baik sesama jenis maupun berlawanan jenis, biasanya dikarenakan mereka ini sering bersama. Ke sekolah atau kampus atau tempat kerja bersama, belajar bersama, mengerjakan tugas bersama, makan bersama, jalan bareng ke mall, toko buku, nonton film, dan sebagainya.

Dari hubungan antarmanusia itu, kemudian muncul emosi yang saling mengikat satu sama lain. Emosi kemudian memunculkan rasa cinta dalam diri manusia.


Hari Gini Nggak Punya Pacar, Apa Kata Dunia?

Begitulah kira-kira anggapan anak muda zaman sekarang. Di mana-mana ada pacaran. Di kalangan masyarakat, anak-anak sekolah, mahasiswa, sampai lingkungan kerja. Pokoknya, di mana saja, deh. Bikin gerah ….

Parahnya, yang pacaran itu bukan hanya mereka yang terbiasa mengenakan you can see dan jeans ketat, yang hobi keluyuran di mall, atau mereka yang belum mengenal ajaran Islam. Di antara pelaku pacaran itu ada pula yang memakai kerudung dan berbusana muslimah. Mereka yang sebenarnya paham bahwa pacaran itu saudaranya zina, kok, tetap melakukannya. Miris, kan?

Memang, saat ini pacaran sudah dianggap sebagai tren. Sehingga jika ada yang tidak berpacaran, akan dianggap aneh. Ditambah lagi dengan pemberitaan media, baik cetak maupun elektronik, yang mengekspos pacaran. Berita seputar gosip artis, sinetron, dan reality show yang mengusung, mendorong, mengompori, bahkan memfasilitasi supaya orang berpacaran. Gila nggak tuh?

Makna cinta pun bergeser menjadi sebatas pacaran saja. Atas nama cinta, jadi longgarlah batasan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan dalih cinta, nafsu diumbar bukan pada tempatnya. Mulai dari bertatapan, terus pegangan tangan, terus berpelukan, terus berciuman, terus, terus, terus (kayak tukang parkir) kebablasan, deh. Antara makna cinta dengan nafsu menjadi bias.

Padahal, cinta itu suci, cinta itu murni. Mengapa cinta dijadikan kedok untuk menyamarkan nafsu kebinatangan manusia?


Pacaran = Pengecut

Lho, kok, bisa?

Iya, dong. Kalau pacaran, kan, bisa senang-senang saja, diambil manis-manisnya saja. Kalau nanti sudah asam, apalagi pahit, tinggal putus saja. Seperti kata pepatah, habis manis sepah dibuang. Tebu, dong!

Hubungan macam apa itu? Seenaknya saja putus nyambung putus nyambung (jadi kayak lagu). Itu mempermainkan perasaan orang lain. Jahat tahu! Bikin orang lain sakit hati. Belum lagi yang suka gonta-ganti pacar. Astagfirullah ….

Berbeda dengan pernikahan yang disertai tanggung jawab. Ketika mengarungi bahtera rumah tangga, mereka merasakan kebahagiaan bersama. Lalu, ketika timbul masalah, mereka akan menghadapinya bersama pula. Ibarat kata, susah senang ditanggung bersama.

Ketika menikah, pasangan melakukan perjanjian yang agung dengan Alloh SWT. Tidak sekadar nembak seperti orang pacaran. Jadi, menikah itu menuntut tanggung jawab yang besar. Orang yang tidak mau menikah dan hanya mau pacaran, berarti dia pengecut.

Mungkin ada yang beranggapan begini, “Kami mau melakukan penjajakan dulu. Nanti dululah menikah. Kenapa harus buru-buru? Agresif banget, sih. Jadi orang yang sabar, dong.”

Eits, tunggu dulu! Nggak salah tuh? Justru orang yang berpacaran itu yang agresif dan tidak sabaran. Sampai-sampai, tidak bisa mengendalikan nafsunya sendiri. Buktinya, belum berani menikah, kok, mau pegang-pegang anak orang? Kelihatan, kan, nafsunya lebih gede ketimbang otaknya?

Lagi pula, mungkin saja pasangan yang berpacaran itu merasa bahwa mereka sedang berusaha saling memahami. Tapi, yang terjadi sebenarnya tidaklah demikian. Kenyataannya, orang yang pacaran itu berusaha tampil lebih baik dari yang sebenarnya. Memang tidak ada salahnya memperbaiki diri, malah bagus itu. Tapi, kalau kita lantas menjadi sosok yang bukan diri kita, itu berarti kita sedang membohongi diri kita sendiri. Konyol, kan?

Yang lebih parah adalah ketika terjadi pergeseran orientasi dalam setiap perbuatan dan aktivitas kita. Kita jadi rajin shalat, puasa, pemberani, tekun belajar, giat bekerja, dan lain-lain bukan karena Alloh lagi, melainkan karena si dia. Nah, lho? Kalau semua karena si dia dan untuk si dia, lantas yang kita simpan buat bekal di akhirat apa, dong?

Idealnya, kita berusaha menjadi manusia yang senantiasa memperbaiki diri, baik itu ada si dia maupun tidak. Seluruh perbuatan kita semestinya hanya karena Alloh SWT. Tapi, selama kita masih pacaran, kayaknya hampir mustahil untuk menjadi diri kita yang sesungguhnya.

Teman, ketika seseorang berpacaran, yang tampak adalah yang indah-indah dan baik-baik saja. Setelah menikah, baru kelihatan sisi negatif pasangannya. Jadinya, kecewa. Berbeda dengan pasangan yang menikah tanpa pacaran, mereka akan tampil apa adanya. Sisi positif dan negatif akan tampak secara lebih obyektif.


Jadi???

Sebenarnya, tidak ada salahnya, kok, kalau kita memiliki rasa tertarik terhadap lawan jenis. Itu normal. Justru tidak normal jika kita memiliki ketertarikan terhadap sesama jenis. Na`udzubillahi min dzalik.

Al-Quran pun mampu memberikan jawaban atas fenomena ini.

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Q.S. Ali Imran: 14).

Jadi, memang sudah fitrah setiap manusia untuk memiliki cinta. Karena sumber dari segala sumber cinta adalah Alloh, maka awal dari setiap rasa cinta dan kepada siapa pun rasa cinta itu, harus tetap berpangkal pada-Nya.

Teman-Teman tentu pernah mendengar ungkapan ini, kan? Ana uhibbuki fillah (kalau diucapkan pada laki-laki menjadi ana uhibbuka fillah), yang artinya aku mencintaimu karena Alloh.

Nah, dalam urusan cinta ini, Alloh telah memasang rambu-rambu yang jelas. Misalnya, dalam pergaulan dengan lawan jenis.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.” (Q.S. Al-Isra`: 32).

Coba, deh, Teman-Teman baca, resapi, dan pahami kalimat Alloh tersebut. Sedetik, dua detik, tiga detik ….


Yup! Alloh tidak hanya melarang kita berbuat zina, tetapi juga melarang kita mendekati zina. Pacaran sendiri jelas-jelas menjurus ke arah perbuatan zina. Buktinya, banyak yang hamil di luar nikah gara-gara pacaran.

Jadi …


PACARAN = MENDEKATI ZINA = TIDAK BOLEH = HARAM

Lagi pula, dalam berpacaran, sepasang manusia berbeda jenis ini tidak akan lepas dari aktivitas berpelukan (mau nyaingin teletubbies, nih, ceritanya …), berciuman, atau paling tidak berpegangan tangan dan bertatapan. Hayooo, ngaku …!

Dan tahukah, Teman-Teman, bahwa semua itu sudah termasuk zina. Jadi, zina itu bukan making love saja.

Simak, deh, hadits berikut.

“…. Zina mata adalah melihat, zina telinga adalah mendengar, zina lidah adalah berkata, zina tangan adalah menyentuh, zina kaki adalah berjalan. Zinanya hati adalah ingin dan berangan-angan ….” (HR. Muslim dan Abu Hurairah).

Jadi …

PACARAN = HARAM

Lantas, apakah tidak boleh berteman dengan lawan jenis? Apakah berteman harus dengan sesama jenis saja?

Teman, tidak ada yang salah dengan yang namanya bergaul. Siapa, sih, manusia yang bisa hidup sendirian? Setiap orang pasti ingin mempunyai teman. Karena menurut pelajaran kewarganegaraan (dulu PPKn, dulunya lagi PMP), manusia adalah makhluk sosial.

Bahkan, Alloh Swt berfirman:

“Hai, manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal ….” (Al-Hujurat: 13).

Jadi, bergaul dengan siapa saja, mah, sah-sah saja, atuh. Seperti yang Alloh firmankan, manusia memang diciptakan ada dua jenis, laki-laki dan perempuan. Jadi, dalam kehidupan sehari-hari pun kita tidak mungkin berteman dengan laki-laki saja atau perempuan saja.

But …, ada yang perlu diperhatikan ketika kita berteman dengan lawan jenis. Apaan tuh? Jaga jarak aman, dong! Cukup berteman biasa saja. Kita berhubungan dan bergaul sebatas keperluan yang penting-penting saja pada setiap kondisi. Oke?


Mutusin Doi? Hiks, Hiks, Hiks …
Kita sudah membicarakannya bersama-sama dan dengan baik-baik (kayak musyawarah saja). Kita juga sudah sama-sama tahu dan sepakat (yang tidak sepakat, awas! hehehe …) bahwa PACARAN ITU HARAM. Jadi, jauh-jauh, deh, sama yang namanya pacaran.

Nah, bagi yang terlanjur pacaran, mesti bagaimana? Tidak perlu bingung. Stop pacaran dan bertaubat kepada Alloh SWT yang telah menciptakan kita.

Biar lebih ngeh, ini dia langkah-langkah yang mungkin bisa Teman-Teman tempuh dalam rangka memutuskan si doi.

1. Cari tahu manfaat dan kerugian pacaran. Dengan mengetahui dan menyadari kerugian-kerugian yang akan dan mungkin akan ditimbulkan oleh aktivitas pacaran, Teman-Teman akan lebih mudah untuk memutuskan si doi.

2. Bertekad kuat. Kalau sudah bertekad untuk putus hubungan dengan nyamuk, eh, maksudnya putus sama doi, Insya Alloh tinggal pelaksanaannya saja. Karena itu, Teman-Teman membutuhkan lingkungan yang mendukung tekad itu. Salah satunya bisa dengan bergaul bersama orang-orang yang selalu mengingatkan kita pada kebenaran dan kebaikan.

3. Katakan putus pada si dia

“Kita putus!”
“Kenapa?”
“Pokoknya, kita putus. Pacaran tuh dosa, tahu!”

Waduh! Tentu saja tidak perlu sesadis dan sekejam itu dalam mengatakan kata putus. Katakanlah baik-baik bahwa dalam Islam tidak ada istilah pacaran. Ada, sih, tapi nanti setelah menikah.

Memang hal ini berat untuk dijalani. Tapi, lebih baik berat sekarang daripada berat nantinya, MBA misalnya. Lebih berat lagi, ketika kita harus mempertanggungjawabkannya di akhirat. Iya, kalau di dunia, sih, kita masih bisa ngeles-ngeles karena begini, karena begitu, karena faktor ini, faktor itu. Nah, kalau di akhirat, mana mungkin?

Kalau si doi tidak mau menerima, santai sajalah. Dia, toh, bukan suami/istri dari Teman-Teman. Dia cuma pacar. Dan pacaran itu hubungan yang ilegal. Kalau yang legal namanya pernikahan.


Sadis bin kejam, ya?

Begini, deh. Pertama, batasi pertemuan dengan sang mantan. Terus, kurangi intensitas SMS dan telepon. Insya Alloh, lama-lama perasaan di antara kalian akan memudar. Jangan khawatir. Kalau memang jodoh, tidak akan lari ke mana, kok.

Nah, Teman, jangan sedih gara-gara ditinggal pacar atau karena meninggalkan pacar. Dunia ini bukan hanya milik kalian berdua saja. Coba tengok saudara-saudara kita yang tertimpa musibah. Mereka kehilangan harta, tempat tinggal, bahkan orang-orang yang mereka kasihi. Ayah, ibu, anak, kakak, adik, tetangga, serta sanak famili. Kayaknya, putus sama pacar nggak ada apa-apanya, deh, dibandingkan dengan penderitaan mereka. So, don`t be sad!

Teman, jangan takut dan cemas kalau tidak punya pacar. Sudah terbukti bahwa pacaran tidak menjamin seseorang menemukan jodoh terbaik mereka. Berbahagialah kita yang ikhlas menjadi jomblo karena Alloh.

Bukankah rezeki, jodoh, dan ajal sudah ditetapkan oleh Alloh? Kita percaya pada Alloh, kan? Ketika kita bersikeras untuk pacaran demi mendapatkan jodoh yang pas, berarti secara tidak sadar, kita sudah meragukan janji Alloh tersebut.

Kita memang harus berusaha untuk mencari jodoh yang terbaik, tapi bukan dengan pacaran caranya.

Jadi, kalau kita ingin mendapatkan jodoh yang terbaik, tentu dari sekarang kita harus memperbaiki diri terlebih dahulu.

Tak lupa kita juga harus senantiasa memohon kepada Alloh agar selalu berada dalam lindungan-Nya.

“Ya Alloh, aku berlindung pada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, dari hati yang tak pernah tenang, dari doa yang tak didengar, dan dari nafsu yang tak pernah kenyang.” (HR. An-Nasai).



So, mulai sekarang, kita ganti statement-nya menjadi:

HARI GINI MASIH PACARAN, APA KATA DUNIA???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar